Indahnya dunia malam menghiasi kegembiraan kala itu. 2 sahabat yang bernama Bulan dan Bintang bercakap-cakap tentang keindahan mereka.
“Aku bahagia sekali karena cahayaku membuat banyak orang merasa bahagia ketika melihatku” kata sih Bulan.
Tiap hari ketika mulai menjelang pagi, Matahari merasa sangat sedih. Dia mulai membenci dirinya sendiri karena dia merasa bahwa dirinya hanya bisa menyakiti manusia. Dia juga ingin bisa seperti Bulan dan Bintang. Cahayanya begitu indah dan membuat manusia bahagia ketika melihatnya.
Bintang hanya tersenyum mendengar perkataan sih Bulan. Bintang merenung beberapa lama dan akhirnya membalas perkataan si Bulan. “Benar Bulan, banyak sekali orang yang bahagia melihatmu bercahaya di malam hari karena dirimu membuat dunia malam terlihat indah.”
Bintang adalah sahabat yang sangat baik bagi Bulan. Apapun yang dikatakan Bulan, Bintang berusaha untuk tetap melihat sisi positif dari hal itu.
“Bintang, cahayamu juga membuat dunia malam terlihat begitu indah. Kalian begitu banyak, bahkan tidak bisa terhitung. Tapi, lihatlah manusia-manusia itu, mereka berusaha untuk bisa menghitungmu tapi tetap saja mereka gagal. Hmm… intinya kita ini adalah favorit manusia.”
Siang pun tiba, Bulan dan Bintang tidak terlihat karena cahaya mereka hanya berfungsi di malam hari. Tapi ada satu cahaya yang bersinar ketika Bulan dan Bintang tak dapat bersinar. Ya, benar dia adalah Matahari. Matahari bersinar jauh lebih terang daripada Bintang dan Bulan. Bahkan cahaya terasa panas saat menyentuh tubuh manusia.
“Mengapa cahayaku seterang ini dan mengapa harus terasa panas jika cahayaku menyentuh kulit manusia?” Ujar Matahari dalam hatinya.”
Dengan raut wajah yang sangat sedih matahari berkata dalam hatinya “Aku tidak tahan dengan ini, aku tidak ingin menjadi matahari, tidak ada yang ingin berteman denganku. Bulan dan Bintang pun tidak dapat berteman denganku karena aku tidak kelihatan saat malam hari”
Ya…Benar, di malam hari Matahari tidak terlihat. Semakin hari, matahari merasa bahwa dirinya semakin tidak berarti dan hanya membuat sekitarnya menjadi rugi.
Malam pun tiba…
“Heii Bintang kita bersinar lagi, aku sangat bahagia loh, karena semua orang mulai memandangku. Lihat manusia itu, dia menunjukku. Eh,eh! Lihat juga manusia itu, dia memotret diriku. Wah, aku merasa seperti artis saja” ujar Bulan.
Mendengar perkataan Bulan, Bintang merasa ada yang berbeda dengan Bulan. Bintang merasa semakin hari, Bulan semakin membanggakan dirinya sendiri. Namun, karena Bintang terus berusaha berpikir positif maka Bintang berusaha untuk menanggapi perkataan Bulan dengan positif.
“Iya Bulan, Sinarmu begitu indah sehingga mereka menyukaimu. Bersyukurlah senantiasa kepada sang pencipta karena telah menciptakanmu seperti itu.”
Selama Bulan dan Bintang bercerita, sesungguhnya Matahari selalu mendengarkannya. Namun mereka tak dapat melihatnya karena dirinya tak kelihatan.
“Aku benci diriku, aku tidak berguna, aku hanya menyakiti manusia. Aku tidak memiliki teman dan aku tidak indah.” Teriakan disertai tangisan Matahari. “Siapa itu” ujar Bintang.
“HAHAHA aku rasa itu Matahari. Kasihan sekali Matahari, sekarang dia bersedih karena menyadari kehadirannya merugikan saja.” Sindiran Bulan yang berusaha berbicara keras agar Matahari mendengarnya
“Bulan, kurang ajar sekali dirimu, sudah sekian lama aku berteman denganmu dan aku selalu berusaha memahami dirimu. Mengapa kamu mengatakan hal itu.” Bisikan tajam Bintang di telinga Bulan
“Memang benar, Matahari hanya merugikan, dirinya tak berarti. Dia sangat berbeda dengan diriku” kata Bulan dalam hatinya.
Beberapa menit kemudian…
Bintang tak dapat lagi bertahan dengan sifat Bulan, akhirnya…
“Kamu keterlaluan!!! Apa kamu sadar, cahayamu yang indah itu yang membuat manusia memfavoritkanmu berasal dari pantulan cahaya Matahari. Kamu pikir itu karena kehebatanmu? Mengapa kamu begitu menyombongkannya? Sekarang lihat!!! Matahari bersedih dan dia semakin membenci dirinya sendiri.” Kata bintang saat memarahi bulan.
Matahari semakin tidak percaya diri. Dia merasa tidak berguna bahkan merasa kehadirannya hanya membuat orang terluka. Karena semakin terpuruk, matahari memutuskan untuk mulai menutup dirinya. Dia memilih untuk perlahan-lahan menghilangkan sinarnya dan bersembunyi.
Siang tak kunjung datang. Bintang dan bulan mulai bertanya-tanya dalam hati mereka. Ada apa gerangan sehingga matahari tak kunjung datang? Bulan pun bertanya kepada bintang “Bintang, bukankah ini sudah waktunya bagi matahari untuk keluar, mengapa dia tak kunjung muncul?”. “Aku juga tak mengerti. Jangan-jangan, ini karena perkataanmu kepadanya. Bulan! Sudah kukatakan sebelumnya, apa yang kamu bilang itu sudah keterlaluan! Lihat, matahari tak ingin lagi muncul.” Kata bintang.
Sembari mereka berdebat, perlahan-lahan cahaya bulan mulai meredup. Bulan yang kaget berkata “ Bintang, bintang... ada apa ini? Mengapa cahayaku yang indah mulai menghilang... bintang tolonglah aku. Apa yang harus aku lakukan bintang? Tolong aku....”. bintang yang tak dapat berbuat banyak berkata ”Bulan, cahayamu meredup pasti karena matahari yang juga mulai menghilangkan cahayanya perlahan-lahan. Sudah kukatakan kepadamu, cahaya yang kamu punya itu asalnya dari matahari. Lihat perbuatanmu, sekarang matahari mulai menutup diri dan hasilnya, cahayamu juga mulai meredup. Belum terlambat bagimu. Segeralah kamu minta maaf kepada matahari.”.
“Matahari.....Matahari.... maafkan aku matahari.. Aku telah berkata kasar tentangmu. Sekarang aku sadar, cahayaku yang indah di malam hari, itu berasal dari kamu... aku minta maaf atas apa yang telah ku katakan kepadamu.. Tolong maafkan aku matahari dan kembalilah bersinar seperti sediakala” teriak bulan meminta maaf.
Matahari yang mendengar pun menjawab “Bulan kamu tidaklah salah. Memang aku tidak berguna. Aku hanya bisa menyakiti orang lain.”. “Tidak matahari. Aku yang salah. Bahkan jika cahayaku indah di malam hari, tetap saja itu bersumber dari kamu. Buat aku, kamu penyelamat hidupku. Kembalilah matahari. Aku membutuhkanmu” dengan penuh penyesalan bulan meminta maaf kepada matahari. Matahari yang tersentuh dengan ketulusan bulan mulai mendapatkan rasa percaya dirinya kembali. Dia bahagia karena cahayanya ternyata dibutuhkan oleh orang lain dan bahkan bulan pun membutuhkannya. Matahari mulai keluar dari persembunyiannya dan bercahaya kembali.
No comments:
Post a Comment