Sunday, September 20, 2020

MENNENG DAN GAUN INDAH


          Pada suatu hari, hiduplah keluarga kecil yang sangat miskin yaitu Menneng dan ibunya. Mereka hidup di sebuah gubuk kecil di kampung Renden. Ayah Menneng meninggal saat ibunya masih mengandung dirinya. Ayahnya meninggal karena jatuh dan tertimpa pohon besar. Hal itulah yang membuat ibu Menneng harus berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.

          Menneng adalah anak yang sangat suka bermain, dia masih berumur 7 tahun yang beranjak 8 tahun. Dia sangat jarang membantu ibunya. Tapi ibunya tidak pernah memaksanya untuk membantunya bekerja karena fisik ibunya juga masih kuat untuk bekerja sendiri.

Pada suatu siang menjelang sore...

          “Menneng, umbara la mu olai tuh?” Teriakan ibu Menneng yang melihat Menneng berlari keluar rumah tanpa berpamitan terlebih dahulu. “Dasar anak kurang ajar, susahnya berpamitan kepada orang tua sebelum keluar bermain. Tunggu saja dia pulang, akan ku cubit dia.”

Beberapa menit kemudian...

          “Nah, akhirnya pulang juga kamu anak nakal. Tumben ya pulangnya cepat, apakah kamu tidak mendapat teman bermain di luar sana?” kata ibu Menneng yang sambil mencubit lengan tangannya.

          “Maaf bu, Menneng tidak akan mengulangi perbuatan Menneng lagi. Menneng akan belajar untuk berpamitan sebelum keluar dari rumah. Tadi Menneng buru-buru bu karena melihat pak Sengke yang pulang dari pasar.”

          Pak Sengke adalah orang tua dari teman Menneng. Dia suka ke pasar dan setelah pulang dari pasar dia pasti selalu membawa gaun baru untuk anaknya yaitu teman Menneng. Menneng sangat suka melihat gaun-gaun yang milik temannya. Dia akan berlari dengan kencang setiap kali melihat pak Sengke pulang dari pasar karena dia mau melihat gaun baru yang dimiliki temannya. Menneng hanya bisa memandangi gaun-gaun temannya, walaupun dia tidak pernah memilikinya setidaknya dia merasa sangat bahagia jika bisa melihatnya.

“Sudah! Diam! Pergi ke dapur dan makan ubi yang sudah ibu rebus. Awas ya kamu mengulangi hal itu.” Sahut ibunya yang masih terlihat kesal pada Menneng

          Dengan diam dan penuh rasa takut, akhirnya Menneng pergi ke dapur dan makan ubi rebus itu. Sambil makan “Tuhan, jika aku juga punya ayah apakah aku juga bisa memiliki gaun? Aku ingin sekali memiliki gaun tapi ibu tidak pernah membelikannya karena ibu mengatakan bahwa dia tidak memiliki uang.” Seruan hati Menneng

          “Kenapa kamu melamun nak? Mulai besok kamu tidak boleh ke rumah pak Sengke. Kamu harus ingat bahwa ibu tidak punya uang untuk membelikanmu benda seperti itu. Sa’barra’ ko sia dak mu tiro bang apa tu na ampui tau senga’. Setelah makan kamu bereskan meja itu, ibu mau mengambil kayu bakar dulu di hutan.” Kata ibu Menneng

          Sambil  membersihkan meja, Menneng menangis dan mengungkapkan semua isi hatinya. Dia ingin sekali memiliki satu gaun indah, tapi keinginannya itu harus dikubur dalam karena dia berpikir bahwa itu hanyalah mimpi belaka. Tetapi Menneng tidak pernah menyerah, walaupun dia tahu bahwa memiliki gaun adalah hal yang mustahil namun Menneng terus berdoa kepada Tuhan agar Tuhan memberikan Menneng mimpi memakai gaun di saat tidur malamnya. Setidaknya itu akan membuat Menneng merasa bahagia.

          Beberapa hari kemudian saat ibu Menneng bangun pagi, dia membuka pintu. Kemudian, saat dia hendak melangkah keluar dia kakinya teransung sebuah kotak yang berada tepat di bawahnya. Kotak itu berwarna pink yang terbuat dari kardus namun rasanya kotak itu habis terkena percikan air sehingga beberapa bagian warnanya mulai memudar. Ibu Menneng sangat kaget, tidak tinggal diam dia langsung mengambil kotak itu sambil berteriak, Hei!! Siapa pemilik kotak ini. Karena teriakan ibu Menneng yang sangat keras, Menneng yang masih tidur pun langsung terbangun. Menneng keluar dari kamar sambil mengusap matanya.          

          “Ibu, mengapa engkau berteriak-teriak di pagi hari, ada apa bu?”

“Minda ka’ apa te na patorro inde depan pintu banuanta’.

          Tanpa basa basi, Menneng langsung menghampiri ibunya dan berkata bahwa kotak itu adalah milik temannya yaitu anak pak Sengke. Setelah ibu Menneng mendengar hal itu, ibunya langsung menyuruh Menneng untuk mengembalikan kotak itu, namun saat Menneng hendak mengembalikannya, kotak itu terjatuh dan didapatinya sebuah surat lalu memberikan kepada ibunya untuk dibaca.

          Hai Menneng sahabatku, aku tahu kamu sangat suka salah satu gaunku, aku sangat ingin memberikan padamu. Namun... aku sangat takut pada ayahku, nanti dia memarahiku. Tapi aku janji, kalau aku punya uang sendiri aku pasti membelikannya gaun untukmu”

          Ya, benar itu adalah surat yang pernah ditulis oleh teman Menneng. Kemudian, pak Sengke’ ayah dari temannya itu membaca surat yang pernah ditulis anaknya. Akhirnya pak Sengke’ memenuhi keinginan anaknya untuk memberikan gaun itu kepada Menneng yang sudah dianggap sahabat oleh anaknya.

Beberapa menit setelah membaca surat itu...

          “Tidak! Tidak! Tidak” kata Menneng sambil menangis dengan sangat keras.

Oh... ternyata teman Menneng mengalami kecelakaan saat dirinya hendak pulang sekolah. Kecelakaan itu sangat parah hingga mengakibatkan dirinya meninggal dunia. Saat itu, ayahnya yaitu pak Sengke sangat sedih dan untuk menghilangkan kesedihannya, pak Sengke memilih untuk pindah Rumah. Ketika pak Sengke membereskan kamar anaknya, didapatinya surat yang ditulis anaknya dan akhirnya dia mengikuti setiap tulisan yang ada di surat anaknya. Salah satunya memberikan gaunnya anaknya kepada Menneng.

Tolong jaga gaun ini dari sahabat kamu  (Tulisan pak Sengke dalam kotak itu)


Perasaan bahagia dan sedih kini dirasakan oleh Menneng. Bahagia karena akhirnya bisa merasakan gaun indah di tubuhnya, namun dia juga sedih karena harus kehilangan temannya yang disayanginya.

TAMAT.

 




Umbara la mu olai tuh : Mau kemana kamu

Sa’barra’ ko sia dak mu tiro bang apa tu na ampui tau senga’ : kamu harus sabar dan jangan melihat apa yang orang lain punya

Minda ka’ apa te na patorro inde depan pintu banuanta : Entah ini milik siapa yang tertinggal di depan rumah kita

 

 

 

 


No comments:

Post a Comment

Miki Tikus Yang Nakal

  Miki adalah tikus yang nakal. Setiap hari, ia selalu berbuat nakal dan dimarahi oleh mama nya. Miki suka sekali menjahili temannya. Terkad...